Sabtu, 18 Januari 2014

Teknik Radiografi HSG


HYSTERO SALPHINGOGRAFI (HSG)


A.    Pengertian
a.       HSG Menurut T.Miller
      Adalah suatu pemeriksaan serial foto yang dilakukan dengan memasukkan bahan kontras melalui cervix kedalam cavum uterus dan tuba uterine melalui suatu alat khusus.
b.      HSG Menurut G.Briand
      Adalah pemeriksaan radiology dari uterus dan saluran uterine dengan cara memberikan bahan kontras.
c.       Kesimpulan
      HSG adalah pemeriksaan radiografi system reproduksi wanita bagian dalam dengan cara memberikan bahan kontras media positif melalui suatu alat khusus.

Teknik Radiografi Pelvimetri


 

                          PELVIMETRI


PENGERTIAN

Menurut Vinita Merill Radiografi Pelvimetri adalah teknik untuk dapat memperlihatkan bentuk dan ukuran pelvic dariibu dan membandingkan ukuran kepala janin dengan tulang pelvic outlet dari si ibu.Prosedur ini dilakukan untuk menentukan apakah diameter pelvic siibu memadai untuk melahirkan secara normal atau perlu dibantu untuk melakukan pebedahan perurut dalam proses melahirkan.
Menurut G.J Van Der Plaats Pelvimetri  adalah pemeriksaan radiografi untuk mengetahui secara pasti ukuran pelvic inlet dan outlet dari si ibu yang akan melahirkan.Pemeriksaan ini dilakukan sebagai informasi kepada dokter kandungan.
Secara Terminologi pemeriksaan Pelvimetri adalah pemeriksaan radiografi dengan menggunakan sinar – x  dan untuk mengetahui ukuran dan bentuk panggul ibu dan kepala janin.Melalui pemeriksaan ini dapat dipastikan proses melahirkan  yang terbaik bagi si ibu dan si  bayi.

 

ANATOMI

Rongga pelvis terletak dibawah dan bersambungan dengan rongga abdomen . pelvis besar adalah pasu tulang yang  dibentuk oleh tulang iscium dan pubis yang merupakan sisi samping  dan depan  dan tulang sacrum serta kocsigis membentukbatas belakang . Pinggiran pelvis  dibentuk oleh promotorium sacrum belakang , garis  ilioktinal disisi – sisinya dan crista pubis di depan. Pintu keluar outlet pelvis merupakan jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian lunak. Dalam proses persalinan pervaginan janin harus melewati jalan lahir ini.




Jalan lahir bagian lunak terdiri atas :
Ø  Segmen bawah uterus , cervic dan vagina berfungsi sebagai pembentuk jalan lahir bagian lunak.
Ø  Otot – otot, jaringan  ikat dan ligamen – ligamen yang berfungsi menyokong alat- alat urogenetalis.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas ilio pektinea. Sedang pelvis minor dibatasi oleh pintu atas panggul dan pintu bawah panggul.
PINTU ATAS PANGGUL ( PAP )
  1. PAP merupakan suatu bidang yang dibatasi oleh promontorium disebelah posterior , oleh linea terminalis disebelah lateral dan oleh pinggir atas symphisis disebelah anterior.
  2. Ukuran – ukuran pada panggul yang penting untuk diketahui :
Ø  Konyugata obstetrika adalah diameter anterior posterior yang diukur dari promontorium sampai ketengah permukaan posterior symphisis.
Ø  Konyugata diagonalis adalah jarak bagian bawah symphisis sampai ke promontorium.
Ø  Konyugata vera adalah jarak pinggir atas symphisis dengan promontorium.
Ø  Diameter transversal adalah jarak terjauh garis lintang  PAP.
Ø  Diameter oblikua adalah garis yang dibuat antara persilangan konyugata vera dengan diameter transversal  ke articulatio sacroiliaca.
PINTU BAWAH PANGGUL ( PBP )
1.      Batas atas PBP  setinggi spina iskhiadaka . jarak antara spina disebut diameter
Bispinosum
2.      Batas bawah PBP berbentuk segiempat panjang disebelah lateral oleh tuberositas ischi dan disebelah posterior oleh os coxsigis dan ligamen sacrotuberosum.
3.      Diameter anteroposterior PBP diukur dari apex arcus pubis keujung os coxsigis.



RUANG PANGGUL
Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dengan PBP . Dinding posterior dibentuk oleh os sacrum , os coxsigis  sepanjang 12 cm.Pelvis meter  tidak dipakai . Jarak tiap ujung diameter anteroposterior pelvis inlet dan puncak meja harus diukur dengan caliper.

INDIKASI

1.Trauma pelvis
2.Conginetal abnormal pada pelvis
3.Poliomyelitis ( radang akut pada sumsum tulang belakang )
4.Antenal ( persalinan letak sungsang )
5.Postpartum setelah section caesaria ,persalinan yang sulit dengan forceps atau kematian prenatal ( menegaskan adanya kehamilan / kehamilan ganda)
6.Kesulitan persalinan
7.Persalinan mid forceps ( dengan obat perangsang )
8.Kematian janin yang tidak dapat diterangkan.
9.Suspect adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion ), keadaan dimana kepala  fetus lebihbesar dari rongga pelvic.

WAKTU PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan pelvimetri ini dilakukan  pada usia kehamilan 34 – 36 minggu dan sebaiknya dikerjakan dalam waktu 2 minggu terakhir sebelum persalinan.

PERSIAPAN   ALAT DAN BAHAN

1.Pesawat rontgen
2.aksesoris ( kaset dan film berukuran 35 x 35 cm dan 35 x 43 cmserta perlengkapan lainnya ).
3.Meja  khusus pelvimetri
4.Marker dan alat tulis untuk memberi tanda
5.Water pass
6.Thomas plate
7.Penggaris cm
8.Penggaris colccher – sussman
9.Automatic processing

TEKNIK RADIOGRAFI

METODE THOMS
Pada metode Thoms untuk pengukuran pelvis diperlukan 2 proyeksi yaitu lateral dan inlet suferoinferior.Kedua proyeksi ini dibuat pada jarak focus film 90 cm .Thoms dan Wilson menganjurkan bahwa persamaan jarak tetap dapat dilakukan dalam menjaga relatif nilai ukur 2 bayangan / gambar dan agar dapat meminimalkan kesalahanyang disebabkan oleh perbedaan berkas radiasi. Untuk proyeksi lateral pasien ditempatkan pada posisi erect dan centimeter pada garis besi diatur berlawanan sacrum dalamlipatan nates.
Proyeksi inlet diperlukan 2x ekspose dalam 1 film. Untuk ekspose pertama pasien diposisikan setengah duduk dan atur sehingga plane pelvis hampir sejajar dengan permukaan film dan jarak inlet dengan table diukur. Ekspose kedua  pasien dipindahkan ( sambil film dan tube dibiarkan ) diatur dan ditempatkan lebih dahulu dengan pelvis inlet lalu dibuat ekspose kedua.
Dengan type grid timbal yang dulu , dimana dibuat lubang – lubang dengan jarak 1 cmseperti dimana pola all over , menghasilkan titik hitam sepeti skala cm yang mempunyai derajat magnifikasi yang sama dengan pelvis inlet , jadi diameter inlet yang diinginkan dapat dibaca dengan menghitung titik – titik tersebut. Dengan modifikasi grid timbal , lubang – lubang dibuat memanjang keujung membentuk jarak permukaan diameter transversal berbeda dengan pelvis inlet yang memungkinkan perhitungan. Perbedaannya hanya pada teknik penggunaan kedua grid tersebut.

Teknik Radiografi Fistulografi


A.PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN ;
a.Peralatan radiologi dan proteksi radiasi.
    -Pesawat rontgen dengan fluoroscopy dilengkapi TV monotor.
    -Apron,kacamata Pb,dan hand scoon Pb.
    -Kaset ukuran 24X30 cm
    -Kacamata lonpe
b.Peralatan steril:
   -Spuit 50 cc 1 buah
   -Spuit 3cc 1 buah
   -Catheter tip no.8
   -Hand scoon
   -Lacrimal probe
   -Klem
   -Kapas berlidi
   -Haas steril
c.Peralatan unsteril :
   -Betadine
   -Plester
   -Gergaji ampul
   -Bahan kontras ;Urografin 60 % sebanyak 2 ampul .

B.PERSIAPAN PEMERIKSAAN :
-.Bersihkan luka pasien dengan haas steril
-Oleskan betadine dengan kapas berlidi pada luka tersebut
-Cari lubang luka dan diukur kedalamannya dengan lacrimal probe
-Masukkan bahan kontras sebanyak 50 cc kedalam spuit
C.PERSIAPAN PASIEN
 Pada pemeriksaan fistulografi eksternal tidak di lakukan persiapan khusus.
D.PENATALAKSANAAN RADIOGRAFI
Teknik balon pada fistulografi eksternal :
1.      Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan.
2.      Balon kateter diberi udara secukupnya ( agak besar sedikit dari rongga mulut luka ).
3.      Masukakan ujung distal kateter kedalam rongga luka, lalu diplester.
4.      Dengan bantuan tangan pasien atau petugas, balon ditekan dengan kuat.
5.      Hubungkan ujung proksimal kateter dengan spuit yang telah diisidengan bahan kontras.
6.      Injeksikan bahan kontras perlahan-lahan, dengan pantauan fluoroscopy tampak bahan kontras bergerak masuk keusus halus, pada saat ini diekspos ketika pasien tahan nafas.
7.      Kontras diinjeksikan lagi, dengan patauan fluoroscopy tampak bahan kontras masuk ke colon ascendens dan diekspos pada saat pasien tahan nafas.
8.      Pasien diposisikan oblique kiri, lalu kontras diinjeksikan perlahan-lahan dan tampak pada TV monitor kontras mengisi usus halus dan menuju colon ascendens.
Posisi Radiografi  :
1.  AP
PP : - Supine pada meja pemeriksaan.
-          MSP tubuh berada pada midline pada meja dengan kedua tangan              
      diletakkan di samping dengan nyaman.
PO : Batasan pemeriksaan obyek dapat dilihat pada tv monitor dengan
        daerah fistula pada pertengahan film.
CR : Sinar di arahkan tegak lurus.
CP : Pertengahan kaset menembus daerah fistula.
KG: Bahan kontras mengisi fistula
     2.  Lateral
PP : - Supine diatas meja pemeriksaan.
1.                         MSP tubuh berada pada pertengahan meja.
          PO :  Batasan pemeriksaan objek dapat dilihat pada tv monitor dengan
                    daerah fistula di pertengahan film.
            CR : Sinar diarahkan horizontal tegak lurus kaset ( Kaset dalam posisi   
                    vertikal ).
            KG : Tampak kontras mengisi fistula dengan gambaran lateral.


       3. Oblique
Oblique kanan atau kiri diambil tergantung pada letak fistel dengan tujuan sebagai pelengkap untuk mendiagnosa fistula.
PP : RAO atau LAO.
PO : Fistula berada di pertengahan film.
CR : Tegak lurus.
CP : Pertengahan film menembus fistula.
KG : Kontras mengisi fistula dengan posisi oblique.
Perawatan setelah pemeriksaan :
            Setelah selesai pemeriksaan, cabut introduser dan selanjutnya bersihkan kontras yang tumpah, tunggu film selesai di proses. Pasien diperbolehkan istirahat.                                                       

Pengantar Radioterapi


A.      Sejarah Radioterapi
-          1910 : HAMPIR SEMUA PENYAKIT TELAH DICOBA DIOBATI DENGAN SINAR-X DI PERANCISREGAUD, LAGASSAGNE DAN CAURTARD MELETAKKAN DASAR RADIOTERAPI MODERN DENGAN MEMBERIKAN DOSIS SECARA FRAKSIONAL DAN MENEKANKAN PENTINGNYA OBSERVASI KLINIK DALAM RADIOTERAPI.
-          PENGGUNAAN RADIUM: RADIUM DITEMUKAN OLEH MARIE CURIE – 1898 RADIUM MEMANCARKAN RADIASI SINAR ALPHA, BETHA DAN GAMMA DAN MEMPUNYAI SIFAT SAMA DENGAN SINAR-X.
BECQUEREL – LUKA DIKULIT DADA AKIBAT SELALU MENGANTONGI RADIUM
-          DANLOS – ST. LOUIS PARIS: PERTAMA KALI MENGGUNAKAN RADIUM UNTUK MENGOBATI PENYAKIT KULIT DENGAN HASIL YANG MEMUASKAN
-          ABBE 1995 -> MEMAKAI RADIUM UNTUK PENGOBATAN SECARA IMPLANTASI
-          OUDIN & VERCHERE 1906 -> APLIKASI RADIUM INTRA UTERINE
-          JANEWAY 1908 -> IMPLANTASI TUMOR DENGAN RADON
-          FORSSEL MENGUMUMKAN PENYINARAN 40 KASUS KARSINOMA PORTIO UTERI DENGAN RADIUM
-          HERMAN MENYEMPURNAKAN APLIKASI RADIUM DAN DIKENAL DENGAN TEKNIK STOKHOLM
-          TEKNIK PENGGUNAAN RADIUM KINI DITINGGALKAN KARENA INTENSITAS RADIASI YANG DIPANCARKAN SANGAT KECIL DAN PASIEN MERASA KURANG NYAMAN KARENA HARUS DITANAM RADIUM DALAM BEBERAPA HARI UNTUK MENDAPATKAN SEJUMLAH DOSIS TERTENTU
-          KINI DIPAKAI TEKNIK PENANAMAN SUMBER RADIASI DENGAN JENIS HDR (HIGH DOSE RATE) DENGAN TEKNIK AFTER LOADING
B.      Pengertian Radioterapi
adalah Pengobatan penyakit keganasan ( Kanker ) dengan menggunakan energi pengion maupun non pengion.
-          Energi pengion : sinar x ( roentgen ) sinar γ(Co60, Irridium192 dll), sinar β (elektron).
-          Non Pengion : Menggunakan panas ( Hyperthermi )
C.      Prinsip Radioterapi
1.       Memberikan dosis radiasi yang tepat dan terukur pada volume tumor yang ditentukan
2.       Menghindari / mengurangi kerusakan jaringan sehat disekitarnya seminimal mungkin
D.      Prosedur Radioterapi
1. INVESTIGASI  : Diagnosa awal ( PA,Radiologi,lab )
2. ADA / TIDAKNYA INDIKASI PENGOBATAN RADIASI
3. PENENTUAN TUJUAN PENGOBATAN RADIASI ; KURATIF / PALIATIF ?
    - Kuratif : Pasien mempunyai kemungkinan bertahan hidup / sembuh setelah   pengobatan adekuat. Dosis diberikan cukup tinggi
    - Paliatif : Tidak ada harapan pasien bertahan hidup dalam periode tertentu.Tujuan pengobatan hanya mengurangi gejala / keluhan ( meningkatkan kualitas hidup ). Dosis diberikan secukupnya ( 2/3 dosis kuratif ) dengan pemberian yang sesingkat mungkin
4. PENETAPAN VOLUME RADIASI
5. PENETAPAN PLANNING RADIASI
6. PELAKSANAAN RADIASI
7. MONITORING / FOLLOW UP PASIEN
8. EVALUASI
E. Fasilitas RAdioterapi
1.        KLINIK RAWAT JALAN
a.       Menerima rujukan dari Spesialis lain
b.      Melihat kelengkapan dokumen dan pemeriksaan penunjang : PA, Radiologi, Lab.
c.       Mengevaluasi diagnosis PA, Staging, Radikalitas operasi.
d.      Menentukan perlu tidaknya radiasi
e.      Menentukan tujuan terapi radiasi
f.        Menentukan metode radiasi
2.       TELETERAPI / RADIASI EKSTERNA
Suatu cara pemberian radiasi dengan sumber radiasi dari luar tubuh pasien dan ada jarak tertentu dengan target atau area penyinaran
PESAWAT RADIASI EKSTERNA
   Kilo Voltage
          - Contact Terapi                        : 40 – 50 KV
          - Superfisial Terapi                     : 50 – 150 KV
          - Orthovoltage (Deep Terapi)     : 150 – 500n KV
   Mega Voltage
          - Cobalt Teleterapi                                           : 1 – 2 MV
          - Linear Accelerator (LINAC)        : 6 MV, 10 MV


Orthovolt






      

                OrthoVoltage
IMG_0080







             


              Linac
3.       SIMULATOR
a.       Duplikat pesawat radiasi secara geometris, mekanis dan peralatan optik, tapi hanya menggunakan tabung x-ray diagnostik.
b.      Sarana untuk menentukan lapangan radiasi dengan akurat. Menentukan lokalisasi lapangan penyinaran, arah penyinaran serta daerah jaringan normal yang perlu dikeluarkan dari lapangan radiasi.
c.       Dapat digabung dengan CT-Scan à CT-Simulator
IMG_0075









                                                    Simulator
4.       MOULD ROOM
Ruang untuk mencetak dan membuat :
          Masker ,  alat untuk fiksasi kepala
          Bolus ,  untuk menghomogenkan distribusi dosis
          Block ,  untuk menghambat sinar
Alat-alat bantu penyinaran
IMG_0103IMG_0102IMG_0100Contoh-contoh Produk Mouldroom






5.       TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS)
a.       Untuk perencanaan radiasi secara komputer
b.      Menentukan arah radiasi yang paling optimal
c.       Menjelaskan gambaran distribusi dosis yang terjadi pada satu atau beberapa   lapangan radiasi yang diberikan pada treatment volume.
d.      Mengkonversi gambaran CT / MRI diagnostik untuk krperluan terapi.

6.       BRAKHITERAPI / AFTER LOADING
Adalah : Cara pemberian radiasi dimana sumber radiasi didekatkan sedekat mungkin dengan organ target yang akan diradiasi.
          Sumber radiasi  yang dipakai : Iridium 192
          Nama alat / pesawat  : Microselectron
df7









7.       RADIASI INTERNA
Adalah  : Jenis terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber radiasi kedalam tubuh , baik secara oral maupun intravena sehingga mengikuti                                                  metabolisme tubuh.
          Sumber radiasi yang dipakai  : Iodium131 dan Samarium
          Selama proses radiasi, pasien ditempatkan pada ruang khusus ( ruang isolasi radiasi )
          Pasien diperbolehkan pulang, setelah aktivitas radiasi yang ada dalam tubuh pasien dianggap aman ( ≤ 0,33 mCi )